7 Kisah inspirasi pengemis berhati mulia ,- Banyak orang di dunia ini yang ternyata diberkahi hati yang mulia. Meskipun hidup di dalam kekurangan, tak menghalangi mereka untuk berbuat baik bagi sesama.Tujuh orang dari berbagai daerah di dunia ini, seperti dilansir ListVerse.com adalah orang-orang yang hidup serba kekurangan. Namun mereka tak hanya sekedar hidup meminta-minta, mereka juga bersedekah dengan usaha semampunya.
Miris apabila melihatnya, kita saja yang hidup berkecukupan dan berkelimpahan harta, belum tentu melakukan sedekah untuk orang-orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, biarkan mereka menjadi inspirasi untuk kita, agar dunia menjadi tempat tinggal yang lebih baik lagi karena kemurahan dan kelembutan hati manusia.
Mengemis untuk membantu sesama
Sebelas siswi di sebuah sekolah berkebutuhan khusus di India, tiba-tiba mendapat perlakuan istimewa oleh seorang pendonor murah hati. Mereka mendapatkan baju baru yang indah dan membuat mereka berbahagia.
Baju tersebut bukanlah hasil sumbangan dari seorang kaya raya, namun dari seorang bernama Khimjibhai Prajapati, 64 tahun, yang terpaksa hidup mengemis di jalan.
Sebenarnya Khimjibhai Prajapati bukanlah seorang pengusaha, ia membantu mereka yang lebih kekurangan darinya.
Ia kemudian menabung sedikit demi sedikit. Setelah uang terkumpul, ia kemudian membeli pakaian baru. Mendonasikannya kepada sebuah sekolah, demi anak-anak berkebutuhan khusus yang kekurangan itu.
Apa yang dilakukan oleh Khimjibhai Prajapati menuai pujian, banyak yang menyebutnya seorang dermawan sejati karena di tengah kesengsaraan hidup, ia masih sempat memikirkan orang lain, dan berjuang demi orang lain.
Pengemis membantu korban banjir
Seorang pengemis setengah baya yang berkebutuhan khusus, bernama
Simon Ozoemena terketuk pintu hatinya ketika melihat banyak korban
banjir yang menderita. Oktober 2013 lalu, banjir menghancurkan wilayah
Anambra di Nigeria.
Tak tahan melihat kondisi banjir di sana,
Simon menyerahkan uang sebesar 2 juta rupiah hasil sedekah yang ia
kumpulkan dari berbagai gereja kepada pemerintah. Ia meminta agar
pemerintah menggunakan uang itu dengan bijak demi menolong korban
banjir.
Saat ditanya, kenapa ia yang menggantungkan hidup dari
mengemis justru memberikan seluruh uangnya? Simon berkata, "dulu
kehidupan mereka lebih baik dari saya sebelum banjir ini datang..."
ungkapnya singkat.
Wang Zhiyo mengemis untuk membantu yang membutuhkan
Ketika usianya menginjak 18 tahun, seorang pemuda bernama Wang Zhiyou
menemukan fakta bahwa dahulu orang tuanya memberikannya kepada kerabat
karena mereka adalah keluarga miskin dan tidak mampu. Bahkan, mereka tak
memiliki sepeser uang untuk membesarkan Zhiyou.
Ingat masa
kecilnya dan kesedihan yang dirasakannya, Zhiyou yang berasal dari
keluarga miskin ini kemudian mulai mengemis demi mengumpulkan dana
bantuan/
Setiap bulan ia akan pergi ke daerah lain, mengemis
selama sebulan penuh di sana, dan setelah uang terkumpul, ia akan pergi
ke media dan meminta mereka memberikan uang hasilnya mengemis pada orang
yang paling membutuhkan di daerah itu. Sepanjang 15 tahun 'kariernya'
di dunia meminta-minta, Zhiyou berhasil mengumpulkan lebih dari 72 juta
rupiah dan menyumbangkan semuanya untuk mereka yang lebih membutuhkan.
Pengemis menyumbang tanah untuk sekolah
Di ulang tahunnya yang ke-100, seorang janda berasal dari India,
Sindhubala Mishra memutuskan untuk menyumbangkan sepetak tanah kecil
untuk dibangun menjadi taman anak-anak dan panti asuhan.
Mishra
menikah ketika usianya sembilan tahun. Dua tahun kemudian, suaminya
meninggal dan ia diusir ke jalan. Ia akhirnya hidup dengan cara
meminta-minta di jalan. dari hasilnya meminta-minta, ia berhasil
mengumpulkan banyak uang untuk membeli sepetak tanah.
Ia berharap
tanah tersebut bisa dipakai mereka yang lebih membutuhkan. Kemurahan
hatinya ini juga menginspirasi orang lain untuk ikut serta mewujudkan
proyek panti asuhan dan taman kanak-kanak gratis tersebut.
Pengemis ini membayarkan tagihan hotel seorang perempuan
Adalah pria bernama Jackson Curtis, seorang tunawisma di Chicago yang
hidup di jalanan dan seringkali kedinginan serta kelaparan. Ia kerap
ditolong oleh seorang wanita yang selalu ramah dan baik hati padanya.
Tepat
tahun 2011, wanita tersebut ternyata diPHK dan menjadi pengangguran.
Ibu tunggal berusia 39 tahun ini kehilangan pekerjaan sekaligus rumah
tempat tinggalnya. Karena anaknya masih kecil, petugas sosial
melarangnya tinggal di dalam mobil, satu-satunya harta miliknya. Ia
diminta tinggal di hotel sembari mencari pekerjaan.
Tetapi, ia
bingung, bagaimana ia bisa membayar tagihan hotel itu apabila ia tak
lekas memiliki pekerjaan baru? Dan di situlah Jackson muncul dengan
membawa uang sebesar 10 juta rupiah untuk membayar tagihan hotel wanita
itu dan anaknya.
Jackson bilang, "tak masalah kalau aku tak punya uang, aku masih punya Tuhan."
Pengemis renovasi tempat ibadah
Aiam Cambhiranon, pria berusia 63 tahun ini telah 34 tahun mengemis
di sebuah kuil Budha di Bangkok. Ia tak pernah menghabiskan uang
hasilnya mengemis dan berfoya-foya seperti orang lainnya. Pria berhati
emas ini malah diam-diam menyumbangkan uang sejumlah 91 juta rupiah,
hasil mengemisnya selama tiga tahun pada kuil untuk melakukan
rekonstruksi dan perbaikan.
Mengetahui bahwa Chambiranon ternyata
menyimpan sekian banyak uang yang terus menerus ingin disumbangkan,
banyak perampok lokal yang mengincar pengemis tua berhati mulia ini.
Akhirnya,
para relawan dan biarawan memintanya tinggal di dalam kuil agar selamat
dan jauh dari ancaman para pelaku kriminal yang mengincar hartanya itu.
Mengemis untuk membangun tempat ibadah
Dobri Dobrev, dikenal di tanah kelahirannya, Sofia, Bulgaria sebagai
pengemis yang hidup di jalanan selama beberapa dekade. Usianya hampir
100 tahun dan kehilangan pendengaran saat perang dunia II meletus. Untuk
itu ia sulit sekali mendapatkan pekerjaan baru.
Uang pensiunan
yang diterimanya tak cukup untuk dipakai membeli rumah atau
memberikannya hidup layak. Akhirnya, Dobri memilih tinggal di jalan.
Ada
yang tak banyak orang tau soal Dobri. Dikenal sebagai pengemis,
ternyata Dobri tak menyimpan satu senpun dari hasilnya mengemis setiap
hari. Ia menggunakan uang itu untuk memperbaiki gereja-gereja,
biara-biara, serta menyumbang untuk anak-anak di panti asuhan.
Ia sendiri bertahan hidup hanya dengan uang pensiunannya saja yang cukup untuk makan.
Sejauh ini, ia telah menyumbangkan lebih dari 62 juta rupiah dari hasilnya mengemis dan hidup di jalanan.